Ada yang istimewa di FISIP UPN “Veteran” Jakarta pada Sabtu pagi, 8 Desember lalu. Sekitar pukul 10.00, Ruang 101 telah disesaki mahasiswa FISIP dan juga mahasiswa fakultas lain yang ingin menonton pemutaran film pendek karya mahasiswa FISIP, khususnya yang mengambil kelas Sinematografi. Pemutaran film pendek ini merupakan proyek tugas akhir mata kuliah yang dibimbing oleh seorang dosen yang cukup nyentrik menurut mahasiswanya, Pak Suwadi.
Sebanyak lima film pendek yang
diputarkan pada kesempatan itu. Yang pertama diputar adalah film “Salah” karya
Lutfi dan kawan-kawan. Film kedua adalah “Origami” karya Dhita dan kawan-kawan.
Yang ketiga adalah film “Mind” karya Agin dan kawan-kawan. Kemudian dilanjutkan
dengan film “Coboy Kampus” karya
Boy dan kawan-kawan. Dan yang terakhir adalah film “Animus” dari Lani dan kawan-kawan.
Masing-masing
film hanya berdurasi sekitar 15 hingga 20 menit. Genre filmnya pun beragam,
mulai dari komedi hingga thriller.
Tak hanya Pak Suwadi.
saja yang menilai film-film pendek tersebut, namun dihadirkan pula dua
komentator lain yakni Budiman Akbar
dari IKJ dan Bintarto. Kedua orang tersebut
memang sudah matang berkecimpung dalam dunia sinematografi.
Komentator
memberi beragam masukan mengenai film-film pendek mereka. Ada beberapa aspek
yang sering ditekankan kepada semua kelompok, yakni masalah suara saat dialog
dilakukan. Seringkali suara ambience
lokasi shooting mendominasi. Mungkin
karena keterbatasan sarana sound yang
dimiliki.
Di penghujung
acara yang berakhir pukul 13.00 ini diumumkan pemenang dari keenam film pendek
yang diputarkan. Film “Origami” keluar sebagai pemenang. Juri menilai alur
cerita dan penyampaian makna di film ini sangat bagus. Bahkan dikatakan nyaris
sekelas festival. Film ini menceritakan tentang seorang gadis buta yang setiap
hari membuat burung warna-warni dari kertas origami, hingga mencapai 1000 buah.
Kemudian setelah terkumpul 999 buah, ia bisa melihat kembali setelah operasi
mata. Saat mencari satu burung kertasnya yang hilang, dia temukan juga lelaki
yang selama ini diam-diam memperhatikannya. Dalam film ini sama sekali tidak
ada dialog, namun sarat makna.
Dengan adanya
pemutaran film pendek ini, walau hanya untuk memenuhi tugas akhir, mahasiswa
mendapat pengalaman yang luar biasa. Mulai dari proses pengambilan gambar,
melewati berbagai halangan seperti kondisi cuaca yang tidak bersahabat, hingga
proses produksi yang dirasa tidak mudah bagi mereka yang masih pemula. Serta
bisa menumbuhkan bakat-bakat sineas muda yang kelak akan membuat film-film
segar di Indonesia.
*Memenuhi tugas Etika PR