Selasa, 18 Desember 2012

Kelas Sinematografi Tumbuhkan Sineas Muda


Ada yang istimewa di FISIP UPN “Veteran” Jakarta pada Sabtu pagi, 8 Desember lalu. Sekitar pukul 10.00, Ruang 101 telah disesaki mahasiswa FISIP dan juga mahasiswa fakultas lain yang ingin menonton pemutaran film pendek karya mahasiswa FISIP, khususnya yang mengambil kelas Sinematografi. Pemutaran film pendek ini merupakan proyek tugas akhir mata kuliah yang dibimbing oleh seorang dosen yang cukup nyentrik menurut mahasiswanya, Pak Suwadi.
Sebanyak lima film pendek yang diputarkan pada kesempatan itu. Yang pertama diputar adalah film “Salah” karya Lutfi dan kawan-kawan. Film kedua adalah “Origami” karya Dhita dan kawan-kawan. Yang ketiga adalah film “Mind” karya Agin dan kawan-kawan. Kemudian dilanjutkan dengan film “Coboy Kampus” karya Boy dan kawan-kawan. Dan yang terakhir adalah film “Animus” dari Lani dan kawan-kawan.

Masing-masing film hanya berdurasi sekitar 15 hingga 20 menit. Genre filmnya pun beragam, mulai dari komedi hingga thriller. Tak hanya Pak Suwadi. saja yang menilai film-film pendek tersebut, namun dihadirkan pula dua komentator lain yakni Budiman Akbar dari IKJ dan Bintarto. Kedua orang tersebut memang sudah matang berkecimpung dalam dunia sinematografi.

Komentator memberi beragam masukan mengenai film-film pendek mereka. Ada beberapa aspek yang sering ditekankan kepada semua kelompok, yakni masalah suara saat dialog dilakukan. Seringkali suara ambience lokasi shooting mendominasi. Mungkin karena keterbatasan sarana sound yang dimiliki.

Di penghujung acara yang berakhir pukul 13.00 ini diumumkan pemenang dari keenam film pendek yang diputarkan. Film “Origami” keluar sebagai pemenang. Juri menilai alur cerita dan penyampaian makna di film ini sangat bagus. Bahkan dikatakan nyaris sekelas festival. Film ini menceritakan tentang seorang gadis buta yang setiap hari membuat burung warna-warni dari kertas origami, hingga mencapai 1000 buah. Kemudian setelah terkumpul 999 buah, ia bisa melihat kembali setelah operasi mata. Saat mencari satu burung kertasnya yang hilang, dia temukan juga lelaki yang selama ini diam-diam memperhatikannya. Dalam film ini sama sekali tidak ada dialog, namun sarat makna.

Dengan adanya pemutaran film pendek ini, walau hanya untuk memenuhi tugas akhir, mahasiswa mendapat pengalaman yang luar biasa. Mulai dari proses pengambilan gambar, melewati berbagai halangan seperti kondisi cuaca yang tidak bersahabat, hingga proses produksi yang dirasa tidak mudah bagi mereka yang masih pemula. Serta bisa menumbuhkan bakat-bakat sineas muda yang kelak akan membuat film-film segar di Indonesia.


*Memenuhi tugas Etika PR