Seminggu yang lalu, persisnya gw lupa hari apa, gw mengalami kekalutan yang sama namun nasib yang berbeda dengan Leonardo D'Caprio di film Inception. Beda nasib karena gw gak punya totem dan mengulangi fenomena yang sama.
Gw tidur telentang. Oke gausah dibayangin karena ini bukan point pentingnya. Tiba-tiba tangan gw kesemutan. Trus gw gerakin pelan-pelan. Gak bergerak! Gw ngerasa otot-otot gw bergerak tapi nyatanya tangan gw gak berpindah dari tempatnya. Gw panik. Gw pernah beberapa kali baca dan denger cerita soal fenomena 'ketindihan', berat untuk bergerak karena seperti ada sesuatu yang 'menindih'. Ngejerit pun gak bisa. Trus gw coba diem aja.
Gak lama kemudian, gw kebangun. Ternyata 'ketindihan' itu mimpi doang. Tangan gw bisa bergerak. Tiba-tiba gw melek. Kok gw bangun lagi? Disini yang bikin gw bingung.
Gw mimpi 3 lapis! Atau 2?
'Ketindihan' itu jelas bagian dari mimpi. Dan ternyata, pada saat kondisi sadar pertama gw, itu mimpi juga. Gw baru bener-bener sadar pas bangun yang terakhir itu. Saat itu baru gw bangun. Jadi kesimpulannya, mimpi gw adalah mimpi tidur. Tidur yang berlapis-lapis
skip to main |
skip to sidebar
Minggu, 18 Desember 2011
Sabtu, 29 Oktober 2011
Anak-anak kehilangan lagu-lagunya
Masih inget lagu standar masa kecil semacam Balonku, Lihat Kebunku, Bintang Kecil, dan untuk yang level agak berat kayak Bintang Kejora? Bagi anak kecil hingga era 90-an, cuma bocah gele yang gak apal lagu-lagu ini. Bahkan sampe sekarang, saat mandi pun gw masih suka nyanyi pelangi pelangi. Namun mirisnya, popularitas lagu anak-anak di masa sekarang kian tenggelam. Ayo tabokan, bahkan mereka mungkin nggak tau lagu Susan.
Lagu-lagu generasi kecil kini bukan lagi berkisar sekitar ciptaan AT Mahmud dan Bu Kasur. Sudah jarang maestro musik yang mencipta lagu berirama ringan yang isinya memang sangat anak-anak. Lagu anak-anak terakhir (yang gw tau) yang sangat populer hingga kalangan bocah SMP seperti gw saat itu, adalah lagu Tikus Makan Sabun. Kontroversial memang, bagaimana mungkin tikus sebegitu begonya makanin sabun. Si Noni menyanyikannya dengan menggemaskan. Pantat megal megol pake pampers. Gak lama setelah masa kejayaannya, doski raib. Ilang. Entah siapa yang 'menculik' Noni dan Noni Noni lainnya.
Belum lama, sekitar sebulan yang lalu, gw ngaso di sekret sambil denger radio. Entah channel mana, radio itu lagi mengudara di segmen anak-anak. Ada 2 anak yang ditanya-tanya oleh penyiar. Si bocah cowok lebih talkative daripada si bocah cewek.
Mulanya mereka diminta nyanyi lagu Balonku. Oke, aman. Selanjutnya Lihat Kebunku. Sedikit ngaco di bagian warnanya. Tapi overall mereka bisa menyelesaikan lagunya. Giliran disuruh nyanyi lagu anak-anak lagi, mereka menyerah. 2 bocah ini lebih memilih menyanyikan lagu Baby by JeBeh. Lancar sekali sodara sodara, walau nggak fasih.
Lalu si penyiar ini ketawa. Wajar doski ketawa. Lagu semudah Abang Tukang Bakso bahkan sulit diselesaikan oleh anak kecil. Mereka lebih jago melafalkan lirik-lirik JeBeh yang mungkin belum mereka paham betul artinya. Yakin deh. Kecuali mereka kursus di LIA atau EF sejak lahir. Dan belajar ilmu asmara dari mamah papahnya sejak Playgroup.
Dan berikutnya baru gw alamin kemaren siang di kampus. Lagi duduk-duduk imut di pinggir lapangan (sebut saja ngeceng), datanglah si Sulis. Doski ini anak dari bapak Mie Ayam yang jualan di kantin. Cantiiiikkk banget ni bocah.
Lagu-lagu generasi kecil kini bukan lagi berkisar sekitar ciptaan AT Mahmud dan Bu Kasur. Sudah jarang maestro musik yang mencipta lagu berirama ringan yang isinya memang sangat anak-anak. Lagu anak-anak terakhir (yang gw tau) yang sangat populer hingga kalangan bocah SMP seperti gw saat itu, adalah lagu Tikus Makan Sabun. Kontroversial memang, bagaimana mungkin tikus sebegitu begonya makanin sabun. Si Noni menyanyikannya dengan menggemaskan. Pantat megal megol pake pampers. Gak lama setelah masa kejayaannya, doski raib. Ilang. Entah siapa yang 'menculik' Noni dan Noni Noni lainnya.
Belum lama, sekitar sebulan yang lalu, gw ngaso di sekret sambil denger radio. Entah channel mana, radio itu lagi mengudara di segmen anak-anak. Ada 2 anak yang ditanya-tanya oleh penyiar. Si bocah cowok lebih talkative daripada si bocah cewek.
Mulanya mereka diminta nyanyi lagu Balonku. Oke, aman. Selanjutnya Lihat Kebunku. Sedikit ngaco di bagian warnanya. Tapi overall mereka bisa menyelesaikan lagunya. Giliran disuruh nyanyi lagu anak-anak lagi, mereka menyerah. 2 bocah ini lebih memilih menyanyikan lagu Baby by JeBeh. Lancar sekali sodara sodara, walau nggak fasih.
Lalu si penyiar ini ketawa. Wajar doski ketawa. Lagu semudah Abang Tukang Bakso bahkan sulit diselesaikan oleh anak kecil. Mereka lebih jago melafalkan lirik-lirik JeBeh yang mungkin belum mereka paham betul artinya. Yakin deh. Kecuali mereka kursus di LIA atau EF sejak lahir. Dan belajar ilmu asmara dari mamah papahnya sejak Playgroup.
Dan berikutnya baru gw alamin kemaren siang di kampus. Lagi duduk-duduk imut di pinggir lapangan (sebut saja ngeceng), datanglah si Sulis. Doski ini anak dari bapak Mie Ayam yang jualan di kantin. Cantiiiikkk banget ni bocah.
Iseng, gw nyuruh doski nyanyi apa aja. Gw rekam pake hape, biar Sulis bisa denger ulang rekaman suaranya. Lagu pertama yang melucur tanpa ngadat dari mulutnya adalah Dilema by Cherrybelle. Gw cukup terhenyak. Umur gw hampir 15 tahun diatasnya tapi sama sekali gak apal lirik ini. Sementara doski lancar banget nyanyinya. Tapi gw yakin pasti, Sulis bener-bener gak ngerti arti lagu ini. Gw aja gak ngerti.
Dilanjutkan dengan lagu 7 Icon dan Smash. Rupanya Sulis ini penggemar boy-girlband sejati. Apa memang lagu itu yang terus diputar setiap hari dirumahnya? Doski sahabat dahsyat? Anak inbox? Lalala yeyeye???
Gw penasaran apa Sulis juga tau lagu anak-anak? Akhirnya gw test dengan beberapa lagu
- Bintang kecil. Nada kacau total!
- Balonku ada 5. Alhamdulillah lulus
- Pelangi Pelangi. Nggak hafal! Ini parah
- Lihat Kebunku. Krik... Doski nggak tau
Setelah itu Sulis menyerah "Kak udahan ah nyanyinya," Tapi gw terus membujuk dengan mengatakan, nyanyi itu bikin seneng. Dan memancingnya untuk menyanyikan lagi lagu yang doski tau.
"Aku mau nyanyi "Hari ini Ku Gembira","
Gw mengernyitkan dahi. Lagu apaan? "Yaudah.."
"Hari ini ku gembira. Melangkah di udara. Pak pos membawa berita dari yang ku damba..."
Hampir gw ngejengkang ke belakang. Kenapa doski bisa tau taunya sama lagu ini???
"Kamu tau lagu itu darimana?"
"Di tivi kak yang nyanyi itu yang cewek,"
Gw nggak tau cewek mana yang doski maksud, sementara Vina Panduwinata sudah terlampau tua untuk dikatakan sebagai 'cewek'.
Jangan heran kenapa anak sekarang banyak dikatakan 'Pendewasaan Dini', orang hiburan berupa lagu dan tayangan yang mereka nikmati setiap hari aja berunsur tahapan Remaja --> Alay --> Dewasa. Belum lagi peran besar teknologi yang membuat mereka makin makinan tersesat jati dirinya. Entah kapan industri hiburan anak-anak mau melek dan bangkit untuk memulihkan kodrat anak-anak yang belum waktunya tau soal Dilema, Playboy, apalagi Surat Cinta.
Senin, 26 September 2011
Ciee bisa sakit...
Aku sedang tidak baik kawan. Bukan.. Aku tidak jahat, sungguh! Maksudku kondisiku sedang tidak baik. Lalu kondisiku yang jahat? Ah, lupakan..
Tadi siang gw terserang gejala-entahlah mungkin penyakit-yang langka. Pas lagi mandi, tepatnya luluran, gw ngerasa mual. Mualnya senaga-naga, tapi gw coba tahan gak sampe muntah. Takut puasanya batal. Puasa? Iye, gw bayar utang.
Gw sedikit kesulitan mendeskripsikan rasanya saat itu. Pandangan menggelap, low, low, low... Buram. Lutut gemetaran. Badan menggigil. Gw gak kuat berdiri, akhirnya jongkok. Malah gw sempet berpikir lambung gw pecah dan akan mati saat itu juga. Mati di kamar mandi? Sedikitpun gak pernah kepikiran sebelumnya. Dalam keadaan telanjang? Sungguh gak kece.
Kebayang headline koran Depok, mungkin Aspirasi juga, "Sesosok mayat IMUT ditemukan tanpa busana di pojokan kamar mandi kosannya dalam posisi jongkok"
Karena gak tahan lagi, gw nyamber anduk dan jalan sempoyongan keluar kamar mandi. Trus duduk di kasur. Masih menggigil.
Akhirnya gw pasang kipas kenceng-kenceng di depan muka. Mungkin gw cuma kurang udara. Karena jiwa narsis yang tetap meraja, gw ambil kaca kecil. Ternyata sodara-sodara, bibir gw membiru. Bukan abis makan jagoan neon atau pake blau loh. Biru natural keunyuan yang membahana gitu.
Setelah ngerasa sedikit mendingan, gw masuk kamar mandi lagi. Ngebilas badan dan keramas. Belom sempet ngebilas rambut, gejala yang sama datang lagi. Oke, sebut saja Ajojing part 2. Deskripsinya nyaris sama dengan Ajojing part 1. Gw tahan-tahan sampe selesai keramas. Trus keluar kamar mandi dan kembali duduk di kasur. Rambut masih licin dan basah. Gak peduli kasur ikut basah juga. Gw tersiksa ngerasa kayak gini!
Gw memberanikan diri lagi masuk kamar mandi, siap untuk Ajojing part 3. Set set set buru-buru gw kelarin semua. Tahan-tahan gejala ajojingnya. Akhirnya mandi pun selesai dan kembali sempoyongan menuju kasur. Duduk cantik lagi. Dan ngaca lagi. Masih membiru bibirnya. Gejala minta diciumkah? eh
Saat itu kepengen nangis. Bukan hanya karena gak kuat dan takut bakal mati beneran, tapi juga karena galau mau ngasitau nyokap apa nggak. Akhirnya gw sms nyokap sampe 3 slide. Slide ya apapun lah itu namanya.
Nggak dibales. Tapi langsung nelpon. Suaranya penuh kecemasan. Gak enak juga bikin khawatir gini tapi ya gimana. Takutnya gak bilang trus keburu mati (Gw sangat serius memikirkan soal mati ini). Trus malah jadi mau nangis denger suara nyokap. Kangen rumah banget :(
Setelah menceria-ceriakan hati lagi, gw berangkat ngampus. Untungnya udah gak begitu berasa efek ajojingnya. Malah udah bisa tereak-tereakan saking serunya ketemu anak-anak. Bayi sehat.. Bayi sehat.. Tapi si ajojing ini muncul lagi waktu naik turun tangga. Langsung dizzy setengah hidup. Dan seterusnya dan seterusnya dan seterusnya.. Akhirnya buka puasa di pinggir jalan.
Jadi, kalo boleh sotoy gw punya beberapa tersangka penyebab gejala ajojing ini.
Pertama, mungkin karena tekanan darah gw makin turun. Alias anemia gw kambuh
Kedua, mungkin juga karena maag gw kambuh. Karena gw mual terus sepanjang hari ini
Ketiga, mungkin gw terlalu asik ngelulur dalam kamar mandi yang mentok sana sini buat bergerak, dengan ventilasi minim yang memungkinkan udara sulit masuk. Ya, kurang oksigen
Keempat, mungkin ketiganya bisa digabung. Membentuk suatu jogresan yang sempurna
Oh iya, barusan bokap nelpon dan nanyain "Sakit kak?"
Pertanyaan yang sebenernya Ia udah tau jawabannya. Positifnya, bokap khawatir. Negatifnya, gw yang menganggap maksud dari telepon itu negatif. Ah sudahlah. Yang penting pada khawatir. Tapi bukan khawatir dengan cara ini yang gw mau. Bukan hanya di saat gw sakit, lalu semua pada perhatian.
Sekali lagi, ah sudahlah...
Tadi siang gw terserang gejala-entahlah mungkin penyakit-yang langka. Pas lagi mandi, tepatnya luluran, gw ngerasa mual. Mualnya senaga-naga, tapi gw coba tahan gak sampe muntah. Takut puasanya batal. Puasa? Iye, gw bayar utang.
Gw sedikit kesulitan mendeskripsikan rasanya saat itu. Pandangan menggelap, low, low, low... Buram. Lutut gemetaran. Badan menggigil. Gw gak kuat berdiri, akhirnya jongkok. Malah gw sempet berpikir lambung gw pecah dan akan mati saat itu juga. Mati di kamar mandi? Sedikitpun gak pernah kepikiran sebelumnya. Dalam keadaan telanjang? Sungguh gak kece.
Kebayang headline koran Depok, mungkin Aspirasi juga, "Sesosok mayat IMUT ditemukan tanpa busana di pojokan kamar mandi kosannya dalam posisi jongkok"
Karena gak tahan lagi, gw nyamber anduk dan jalan sempoyongan keluar kamar mandi. Trus duduk di kasur. Masih menggigil.
Akhirnya gw pasang kipas kenceng-kenceng di depan muka. Mungkin gw cuma kurang udara. Karena jiwa narsis yang tetap meraja, gw ambil kaca kecil. Ternyata sodara-sodara, bibir gw membiru. Bukan abis makan jagoan neon atau pake blau loh. Biru natural keunyuan yang membahana gitu.
Setelah ngerasa sedikit mendingan, gw masuk kamar mandi lagi. Ngebilas badan dan keramas. Belom sempet ngebilas rambut, gejala yang sama datang lagi. Oke, sebut saja Ajojing part 2. Deskripsinya nyaris sama dengan Ajojing part 1. Gw tahan-tahan sampe selesai keramas. Trus keluar kamar mandi dan kembali duduk di kasur. Rambut masih licin dan basah. Gak peduli kasur ikut basah juga. Gw tersiksa ngerasa kayak gini!
Gw memberanikan diri lagi masuk kamar mandi, siap untuk Ajojing part 3. Set set set buru-buru gw kelarin semua. Tahan-tahan gejala ajojingnya. Akhirnya mandi pun selesai dan kembali sempoyongan menuju kasur. Duduk cantik lagi. Dan ngaca lagi. Masih membiru bibirnya. Gejala minta diciumkah? eh
Saat itu kepengen nangis. Bukan hanya karena gak kuat dan takut bakal mati beneran, tapi juga karena galau mau ngasitau nyokap apa nggak. Akhirnya gw sms nyokap sampe 3 slide. Slide ya apapun lah itu namanya.
Nggak dibales. Tapi langsung nelpon. Suaranya penuh kecemasan. Gak enak juga bikin khawatir gini tapi ya gimana. Takutnya gak bilang trus keburu mati (Gw sangat serius memikirkan soal mati ini). Trus malah jadi mau nangis denger suara nyokap. Kangen rumah banget :(
Setelah menceria-ceriakan hati lagi, gw berangkat ngampus. Untungnya udah gak begitu berasa efek ajojingnya. Malah udah bisa tereak-tereakan saking serunya ketemu anak-anak. Bayi sehat.. Bayi sehat.. Tapi si ajojing ini muncul lagi waktu naik turun tangga. Langsung dizzy setengah hidup. Dan seterusnya dan seterusnya dan seterusnya.. Akhirnya buka puasa di pinggir jalan.
Jadi, kalo boleh sotoy gw punya beberapa tersangka penyebab gejala ajojing ini.
Pertama, mungkin karena tekanan darah gw makin turun. Alias anemia gw kambuh
Kedua, mungkin juga karena maag gw kambuh. Karena gw mual terus sepanjang hari ini
Ketiga, mungkin gw terlalu asik ngelulur dalam kamar mandi yang mentok sana sini buat bergerak, dengan ventilasi minim yang memungkinkan udara sulit masuk. Ya, kurang oksigen
Keempat, mungkin ketiganya bisa digabung. Membentuk suatu jogresan yang sempurna
Oh iya, barusan bokap nelpon dan nanyain "Sakit kak?"
Pertanyaan yang sebenernya Ia udah tau jawabannya. Positifnya, bokap khawatir. Negatifnya, gw yang menganggap maksud dari telepon itu negatif. Ah sudahlah. Yang penting pada khawatir. Tapi bukan khawatir dengan cara ini yang gw mau. Bukan hanya di saat gw sakit, lalu semua pada perhatian.
Sekali lagi, ah sudahlah...
Sabtu, 24 September 2011
Jadi Intinya, Gw Egois..
Sungguh membingungkan.
Gw heran sama paket M2 ini.
Masa aktif harusnya habis tanggal 20 kemaren. Tapi sampe sekarang masih lancar-lancar aja ngenetnya. Masih bisa buka youtube, download video dan lagu, ngeblog, unyu beeetttsssiiihh kamyu emtuh jadi tambah sayang cuuupppss :*
Gw ngetik ini sebenernya takut. Takut abis dipuji-puji gini, malah besoknya paket mati total.
Awkey, bingung sebenernya mau posting apa. Lagi yuhuu bet dari kemarenan. Sebabnya gw gak tau pasti sih. Pokoknya mood yuhuu nya lagi bagus banget.
I'm officially missing someone. Actually I really didn't get what I feel. Is it love? Atau cuma bahagia karena ada yang mengisi bagian kosong ini?
Flashback beberapa langkah ke post yang dulu, dimana gw mempertanyakan 'what the speciality of boyfriend'. Setelah gw nyoba pacaran, yang cuma 12 hari itu, lebih banyak nggak enaknya. Nggak tau kenapa, mungkin karena gak biasa. First date gw malah ngantuk. Suasana saat itu bener-bener ngebosenin. Entah gw yang males atau doski emang ngebosenin. Tapi itu menumbuhkan kesan yang kurang bagus dalam image 'pacaran' di kepala gw.
Sesotoynya gw aja nih, pacaran itu bukan malah ngebebanin diri sendiri. Bukan malah merasa mengatur sesuatu supaya terlihat sempurna. Pacaran itu proses mengenal dengan cara yang harusnya fun, dinikmati dengan alur, tanpa ada rasa berat. Tapi first impression pacaran kemaren malah ngebuat gw sedikit trauma, kembali bertanya-tanya, apakah memang seperti itu rule pacaran yang sesungguhnya? Harus sms-an sepanjang hari, nggak dibales malah ngambek, dalem seminggu harus ketemu paling nggak 2 kali, dimana rasa kangennya kalo begini?
Ada nggak pacar freelance? Mungkin gw lebih cocok sama doski. Nggak rewel kalo gak dihubungin, ada saat dibutuhin doang, nggak suka nuntut banyak..
Tapi apa nggak egois namanya? Jadi gw ini egois?
Gw heran sama paket M2 ini.
Masa aktif harusnya habis tanggal 20 kemaren. Tapi sampe sekarang masih lancar-lancar aja ngenetnya. Masih bisa buka youtube, download video dan lagu, ngeblog, unyu beeetttsssiiihh kamyu emtuh jadi tambah sayang cuuupppss :*
Gw ngetik ini sebenernya takut. Takut abis dipuji-puji gini, malah besoknya paket mati total.
Awkey, bingung sebenernya mau posting apa. Lagi yuhuu bet dari kemarenan. Sebabnya gw gak tau pasti sih. Pokoknya mood yuhuu nya lagi bagus banget.
I'm officially missing someone. Actually I really didn't get what I feel. Is it love? Atau cuma bahagia karena ada yang mengisi bagian kosong ini?
Flashback beberapa langkah ke post yang dulu, dimana gw mempertanyakan 'what the speciality of boyfriend'. Setelah gw nyoba pacaran, yang cuma 12 hari itu, lebih banyak nggak enaknya. Nggak tau kenapa, mungkin karena gak biasa. First date gw malah ngantuk. Suasana saat itu bener-bener ngebosenin. Entah gw yang males atau doski emang ngebosenin. Tapi itu menumbuhkan kesan yang kurang bagus dalam image 'pacaran' di kepala gw.
Sesotoynya gw aja nih, pacaran itu bukan malah ngebebanin diri sendiri. Bukan malah merasa mengatur sesuatu supaya terlihat sempurna. Pacaran itu proses mengenal dengan cara yang harusnya fun, dinikmati dengan alur, tanpa ada rasa berat. Tapi first impression pacaran kemaren malah ngebuat gw sedikit trauma, kembali bertanya-tanya, apakah memang seperti itu rule pacaran yang sesungguhnya? Harus sms-an sepanjang hari, nggak dibales malah ngambek, dalem seminggu harus ketemu paling nggak 2 kali, dimana rasa kangennya kalo begini?
Ada nggak pacar freelance? Mungkin gw lebih cocok sama doski. Nggak rewel kalo gak dihubungin, ada saat dibutuhin doang, nggak suka nuntut banyak..
Tapi apa nggak egois namanya? Jadi gw ini egois?
Gw butuh cowok yang bsa ngelindungin. Selama ini gw adalah
pelindung temen-temen gw, bahkan yang cowok sekalipun. Ini bukan tuntutan mereka, tapi semacam reflek. Pengen juga ngerasain
gimana rasanya dilindungin dan dijagain.
Gw butuh cowok yang bisa diandelin. Selama ini gw ngerasa bisa
ngelakuin semuanya sendiri. Ngerasa bisa diandelin. Keliatan sombong memang, tapi emang begitu. Tuntutan yang memaksa gw harus bisa ngerjain sendiri. Tapi kadangkala gw
capek dianggep kuat. Gw pengen juga dianggep lemah.
Gw butuh cowok jago bacot. Gak mesti pinter. Tapi bukan
bacot nyolotin juga. Gw pengen dia bisa jawab pertanyaan-pertanyaan gw mulai dari yang
rasional sampe gak bisa dijawab sama orang lainnya. Gw pengen jawaban itu
memuaskan dan bisa membungkam jiwa kepo gw.
Gw pengen cowok yang bisa melebur ke dalam habit gw. Jadi gw
gak ngerasa ngebawa beban satu orang lagi. Gw gak perlu ngerasa harus sempurna
mengatur tiap gerak dan ucapan. Gw mau dia juga masuk kedalam lawakan gw. Nggak mau aja tiba-tiba dia krik sendiri waktu ada hal-hal yang (mungkin) lucu menurut gw. Gw
gak suka ada yang ngelarang jiwa mencibir. Gw gak suka dilarang ngumpul sama
temen-temen. Gw gak suka ada yang ngambek saat gw lagi asik sama dunia gw. Gw mau dia
ngerti saat gw lagi sibuk rapat atau segala macem, bukan malah ngambek minta
diperhatiin. Karna pada dasarnya gw bukan orang yang perhatian.
Ini postingan apaan sih -___- Sangat menunjukkan sisi egois. Makin gak dapet jodoh ini mah. Eh pacar maksudnya. Jodoh mah Tuhan yang atur. Tapi boleh request jodoh yang kayak gitu nggak, Tuhan?
Jadi Intinya, Gw Egois...
Rabu, 21 September 2011
Gak Yuhuu Gak Gaul
Jumpa lagi yiiihi
Openingnya macam ababil. Gak papah deh daripada gak mamah #krik
Malem ini terakhir gw bisa online-online cantik. Karna besok paket modemnya abis. Ini juga udah empot-empotan mencoba berbagai pose online agar sinyal selalu mesra *brb nyontek kamasutra*
Lagi-lagi gak jelas. Lagi-lagi garing. Begitulah hidup, mirip keripik dan kembarannya kerupuk. Gak garing gak asik. Garing? Makan aku aja kakaaaaakk
Well edisi kali ini gw mau sedikit menggal.. OKE gw gak akan bilang GALAU. Jadi gw harus mencari kata lain untuk menggantikannya. Yuhuu? Oke kawan, ceritanya gw sedang yuhuu.
Eh.. sepertinya kepengen ganti tema postingan. Masih soal si Yuhuu -maksudnya Galau- sih, cuman rasanya pengen ngulas abis sejarah Galau ini. Mengapa kata Galau ini begitu populernya di kalangan bawah-menengah-atas, balita-remaja-dewasa, hingga friendster-facebook-twitter. Terutama ababil kece seperti saya ini. Bahkan hingga muncul istilah 'Galau Berjamaah'. Siapa imamnya? Berapa rakaat galaunya? Oke dosa Mbar dosa
Sedangkan dalam definisinya sekarang, kata 'Galau' telah berevolusi banyak. Terlampau jauh. Dan merupakan hal wajib untuk mendramatisasi.
Misalnya, "Jir galau abis gw diputusin si Engkus", trus "Aduh gw galau bet nih galau mau dress yang bunga-bunga atau polkadot!". Ada pula "Senyumnya unyu banget polos-polos galau gitu (yang ini agak susah dijabarkan wujudnya)". Sehingga muncul pepatah modern ini, "Nggak galau nggak gaul". Seakan-akan kata 'Galau' ini digampangkan. Dikit-dikit, si Galau ini pasti diajak. Dan biasanya erat kaitannya dengan urusan asmara.
Di Twitter bahkan ada akun yang sangat niat sekali dibikin oleh pemiliknya yang dengan tengilnya akan me-retweet beberapa tweet yang ada kata 'Galau' nya dengan kalimat-kalimat lucu. Tapi gw lupa apa. Sungguh niat.
Ehmm.. Galaunya gw ganti jadi Yuhuu lagi deh ya. Kesannya gw galau-eh Yuhuu amaaat gitu
Penderitanya tersebar di berbagai pelosok tanah air dan sangat mudah dikenali. Ciri-ciri orang yuhuu, biasanya dia suka bengong dengan rambut yang kusut akibat keyuhuuan mahadahsyat yang telah menjalar ke tangannya sehingga rambut teracak secera absurd. Lalu seringkali dia update status atau ngetweet yang berbau plis-ajak-aku-ke-dunia-durjana-dimana-terdapat-kegalauan-abadi-disana. Isinya sedih, marah, ngambek, minta perhatian, butuh belaian, ingin dimanja... Kenapa gw jadi curhat?
Kurang lebih seperti itu. Manusia yang tersuspeksi yuhuu ini ibarat penderita AIDS. Jangan jauhi orangnya! Lebih baik rangkul, suruh dia curhat apa gerangan yang bikin dia yuhuu, dan kalo bisa kasih solusi. Tapi konon katanya, virus yuhuu ini bisa menular! Tetap waspada aja ya, teguhkan iman
Solusi pemusnah yuhuu, actually gw gak tau. Karna bisa aja secara tiba-tiba gw terserang penyakit ini macam kesurupan. Tapi mungkin gw bisa ngebagi sedikit tips anti-yuhuu atau mengobati keyuhuuanmu. Semoga ngefek di kalian ya.
Pertama, menangislah. Iya, nangis. Kalo gak pengen nangis, harus dipaksa nangis! Entah itu dengan ngiris bawang bombay, nonton film korea, sampe menyembelitkan diri (yg ini pakai trik khusus. Tahan BAB selama 2 hari juga cukup. Sehingga muncul kekuatan sembelit luar biasa yang membuat penderitanya ngeden sampe nangis). Karna nangis ini biasanya menimbulkan efek melegakan setelahnya. Gw udah nyoba, and it works. Walaupun mesti nangis berkepanjangan di hari-hari berikutnya, tapi lama-lama sembuh kok.
Trus kalo bisa hindari temen yang lagi yuhuu juga, kalo lo emang punya jiwa yang mudah goyah. Kan gak lucu aja temen lo yang yuhuu meraung-raung abis putus dari pacarnya, curhat ke elo, trus lo jadi yuhuu kepikiran gimana kalo nanti lo diputusin juga. Yuhuunya nyamber men. Gak ens bray.
MAKAN YANG BANYAK! Disaat yuhuu melanda plis lupakan diet. Bikin pikiran lo seneng terus. Makan apapun yang lo mau. Lampiasin lewat makanan, jangan nonjok orang. Sebenernya sih ini saran yang gak bagus buat diterapkan. Tapi kan tapi kan...
Overall, gw gak menghalangi kreatifitas kalian dalam ngeyuhuu atau menghalangi profesi kalian sebagai tukang yuhuu. Nggak. Akhir kata, kehidupan bahagia gak ngejamin lo bebas yuhuu. Punya pacar gak menjamin lo gak yuhuu. Punya duit melimpah pun gw yakin terselip rasa yuhuu di hati mendalam. Jadi waspadalah, yuhuu akan selalu menghantuimu tanpa kenal waktu. Dia akan selalu bersamamu. Makanya rajin-rajin ibadah. Insya Allah yuhuunya ditarik sama Allah :)
Papaaayyyy : D
Openingnya macam ababil. Gak papah deh daripada gak mamah #krik
Malem ini terakhir gw bisa online-online cantik. Karna besok paket modemnya abis. Ini juga udah empot-empotan mencoba berbagai pose online agar sinyal selalu mesra *brb nyontek kamasutra*
Lagi-lagi gak jelas. Lagi-lagi garing. Begitulah hidup, mirip keripik dan kembarannya kerupuk. Gak garing gak asik. Garing? Makan aku aja kakaaaaakk
Well edisi kali ini gw mau sedikit menggal.. OKE gw gak akan bilang GALAU. Jadi gw harus mencari kata lain untuk menggantikannya. Yuhuu? Oke kawan, ceritanya gw sedang yuhuu.
Eh.. sepertinya kepengen ganti tema postingan. Masih soal si Yuhuu -maksudnya Galau- sih, cuman rasanya pengen ngulas abis sejarah Galau ini. Mengapa kata Galau ini begitu populernya di kalangan bawah-menengah-atas, balita-remaja-dewasa, hingga friendster-facebook-twitter. Terutama ababil kece seperti saya ini. Bahkan hingga muncul istilah 'Galau Berjamaah'. Siapa imamnya? Berapa rakaat galaunya? Oke dosa Mbar dosa
"Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Galau adalah :
ga·lau a, ber·ga·lau a sibuk beramai-ramai; ramai sekali; kacau tidak keruan (pikiran); ke·ga·lau·an n sifat (keadaan hal) galau"
Sedangkan dalam definisinya sekarang, kata 'Galau' telah berevolusi banyak. Terlampau jauh. Dan merupakan hal wajib untuk mendramatisasi.
Misalnya, "Jir galau abis gw diputusin si Engkus", trus "Aduh gw galau bet nih galau mau dress yang bunga-bunga atau polkadot!". Ada pula "Senyumnya unyu banget polos-polos galau gitu (yang ini agak susah dijabarkan wujudnya)". Sehingga muncul pepatah modern ini, "Nggak galau nggak gaul". Seakan-akan kata 'Galau' ini digampangkan. Dikit-dikit, si Galau ini pasti diajak. Dan biasanya erat kaitannya dengan urusan asmara.
Di Twitter bahkan ada akun yang sangat niat sekali dibikin oleh pemiliknya yang dengan tengilnya akan me-retweet beberapa tweet yang ada kata 'Galau' nya dengan kalimat-kalimat lucu. Tapi gw lupa apa. Sungguh niat.
Ehmm.. Galaunya gw ganti jadi Yuhuu lagi deh ya. Kesannya gw galau-eh Yuhuu amaaat gitu
Penderitanya tersebar di berbagai pelosok tanah air dan sangat mudah dikenali. Ciri-ciri orang yuhuu, biasanya dia suka bengong dengan rambut yang kusut akibat keyuhuuan mahadahsyat yang telah menjalar ke tangannya sehingga rambut teracak secera absurd. Lalu seringkali dia update status atau ngetweet yang berbau plis-ajak-aku-ke-dunia-durjana-dimana-terdapat-kegalauan-abadi-disana. Isinya sedih, marah, ngambek, minta perhatian, butuh belaian, ingin dimanja... Kenapa gw jadi curhat?
Kurang lebih seperti itu. Manusia yang tersuspeksi yuhuu ini ibarat penderita AIDS. Jangan jauhi orangnya! Lebih baik rangkul, suruh dia curhat apa gerangan yang bikin dia yuhuu, dan kalo bisa kasih solusi. Tapi konon katanya, virus yuhuu ini bisa menular! Tetap waspada aja ya, teguhkan iman
Solusi pemusnah yuhuu, actually gw gak tau. Karna bisa aja secara tiba-tiba gw terserang penyakit ini macam kesurupan. Tapi mungkin gw bisa ngebagi sedikit tips anti-yuhuu atau mengobati keyuhuuanmu. Semoga ngefek di kalian ya.
Pertama, menangislah. Iya, nangis. Kalo gak pengen nangis, harus dipaksa nangis! Entah itu dengan ngiris bawang bombay, nonton film korea, sampe menyembelitkan diri (yg ini pakai trik khusus. Tahan BAB selama 2 hari juga cukup. Sehingga muncul kekuatan sembelit luar biasa yang membuat penderitanya ngeden sampe nangis). Karna nangis ini biasanya menimbulkan efek melegakan setelahnya. Gw udah nyoba, and it works. Walaupun mesti nangis berkepanjangan di hari-hari berikutnya, tapi lama-lama sembuh kok.
Trus kalo bisa hindari temen yang lagi yuhuu juga, kalo lo emang punya jiwa yang mudah goyah. Kan gak lucu aja temen lo yang yuhuu meraung-raung abis putus dari pacarnya, curhat ke elo, trus lo jadi yuhuu kepikiran gimana kalo nanti lo diputusin juga. Yuhuunya nyamber men. Gak ens bray.
MAKAN YANG BANYAK! Disaat yuhuu melanda plis lupakan diet. Bikin pikiran lo seneng terus. Makan apapun yang lo mau. Lampiasin lewat makanan, jangan nonjok orang. Sebenernya sih ini saran yang gak bagus buat diterapkan. Tapi kan tapi kan...
Overall, gw gak menghalangi kreatifitas kalian dalam ngeyuhuu atau menghalangi profesi kalian sebagai tukang yuhuu. Nggak. Akhir kata, kehidupan bahagia gak ngejamin lo bebas yuhuu. Punya pacar gak menjamin lo gak yuhuu. Punya duit melimpah pun gw yakin terselip rasa yuhuu di hati mendalam. Jadi waspadalah, yuhuu akan selalu menghantuimu tanpa kenal waktu. Dia akan selalu bersamamu. Makanya rajin-rajin ibadah. Insya Allah yuhuunya ditarik sama Allah :)
Papaaayyyy : D
Back baaaaccckkk
Hiatusnya keterlaluan lama. Too many untold stories that I haven't written. Karna males nginget-nginget apaan aja yang mau diceritain, mending let flow aja ya
Membaca kembali post kedua dari terakhir membuat gw miris. Pertama, disana dikatakan gw adalah miss almost-19 virgin. Kedua, itu dipost setahun yang lalu. Yang ketiga, lebih miris lagi belom sempet posting gw punya pacar, udah keburu putus 11 hari kemudian. Haruskah gw tertawa? Atau kayang? Atau galau?
Ambar? Punya pacar?
Mungkin berasa kayak di dunia Tubby bacanya ya, tapi sayangnya itu nyata. Gw pernah punya pacar. Hebatkah? Tentu tidak
Dia senior SMA gw, 2 tahun diatas. Tapi demi deh gw gak ngerasa kenal sama dia. Liat juga gak pernah. Tapi katanya dia.. oke proses dan sejarah terjadinya peristiwa berdarah tanggal 25 Februari yang sejak seminggu sebelumnya membuat gw galau-mati rasa-tak ada daya hidup-ini GAK AKAN gw ceritain disini. Aib men. Seingin-inginnya gw cerita, tapi lebih ingin lagi gw mual ingetnya. So, well, itu cuma bertahan 12 hari.
Karma kayaknya gw ngetawain Gita-Ambo yang cuma seminggu
Alasan nerima?
Mungkin ini jahat, tapi gw cuma mau tau pacaran itu gaya hidup macam apa sih? Kenapa orang seakan-akan sangat ingin punya pacar. Gaulkah? Ngetrenkah?
Alasan putus?
Waktu itu dia nelpon gw, bilang masih stuck sama mantannya. Okay, I let him go. Just go. Setelah itu galau berkepanjangan. Gak sampe sebulan sih. Alhamdulillah yahh..
Gw gak mau bikin post ini temanya galau ya jadi tolong jangan paksa gw buat mendeskripsikan detail bagaimana rasanya saat itu. Karna akan berdampak psikologis ke gw selama seminggu kedepan. Trims
Udahan deh. Mau lanjut balas dendam tidur lagi. Baru tidur 9 jam tadi siang yuhuuuu bai
Nb : Eh no more Phizz, lubph, n smilezzzz ya gays. Malu. Udah tua
Membaca kembali post kedua dari terakhir membuat gw miris. Pertama, disana dikatakan gw adalah miss almost-19 virgin. Kedua, itu dipost setahun yang lalu. Yang ketiga, lebih miris lagi belom sempet posting gw punya pacar, udah keburu putus 11 hari kemudian. Haruskah gw tertawa? Atau kayang? Atau galau?
Ambar? Punya pacar?
Mungkin berasa kayak di dunia Tubby bacanya ya, tapi sayangnya itu nyata. Gw pernah punya pacar. Hebatkah? Tentu tidak
Dia senior SMA gw, 2 tahun diatas. Tapi demi deh gw gak ngerasa kenal sama dia. Liat juga gak pernah. Tapi katanya dia.. oke proses dan sejarah terjadinya peristiwa berdarah tanggal 25 Februari yang sejak seminggu sebelumnya membuat gw galau-mati rasa-tak ada daya hidup-ini GAK AKAN gw ceritain disini. Aib men. Seingin-inginnya gw cerita, tapi lebih ingin lagi gw mual ingetnya. So, well, itu cuma bertahan 12 hari.
Karma kayaknya gw ngetawain Gita-Ambo yang cuma seminggu
Alasan nerima?
Mungkin ini jahat, tapi gw cuma mau tau pacaran itu gaya hidup macam apa sih? Kenapa orang seakan-akan sangat ingin punya pacar. Gaulkah? Ngetrenkah?
Alasan putus?
Waktu itu dia nelpon gw, bilang masih stuck sama mantannya. Okay, I let him go. Just go. Setelah itu galau berkepanjangan. Gak sampe sebulan sih. Alhamdulillah yahh..
Gw gak mau bikin post ini temanya galau ya jadi tolong jangan paksa gw buat mendeskripsikan detail bagaimana rasanya saat itu. Karna akan berdampak psikologis ke gw selama seminggu kedepan. Trims
Udahan deh. Mau lanjut balas dendam tidur lagi. Baru tidur 9 jam tadi siang yuhuuuu bai
Nb : Eh no more Phizz, lubph, n smilezzzz ya gays. Malu. Udah tua
Jumat, 14 Januari 2011
Cita-Cita Gw Labil
Waktu lagi ngeblogwalking, gw tiba-tiba inget ada utang satu postingan setelah post yang ini. Eh giliran gw inget, malah kuota modem mau abis.
Iseng-iseng tadi ngereview isi tulisan gw yang dulu. Dan apa? Ternyata isinya gak ada yang berunsur kejeniusan atau something bombing atau asas manfaatnya buat orang-orang. HA. Gw isi apaan ya ini blog. Mau dibawa kemana arahnya? Blog ilmiah yang isinya penelitian kenapa ikan megap-megap kalo napas? Blog pujangga yang isinya puisi-puisi menye? Atau Blog anak pinter yang isinya rumus-rumus MTK dan Fisika? Eh sumpah telat banget ya mikirin kayak begini baru sekarang. Paling ujung-ujungnya curhatan lagi.
Dan udah bisa ditebak arah postingan gw kali ini wujudnya apaan.
Mungkin hampir sama kayak postingan gw sebelumnya, gw pengen merenung lagi tentang satu hal. Kali ini bukan tentang cintaikucing. It's all about the future. Mine.
Gw inget banget dari jaman TK sampe SD, setiap ditanya cita-cita gw pasti langsung nyaut "Jadi dokter." Kenapa? "Soalnya suka anak kecil." Padahal gw bisa aja jadi Babysitter kalo alesannya cuma karna suka anak kecil.
Setelah gw SMP, gw mulai mengamati ternyata pasien dokter itu gak cuma anak-anak, tapi juga dewasa bahkan manula. Bukan apa-apa, gw suka anak kecil karna bisa digemes-gemesin. Gak kebayang nantinya gw ngegemesin engkong-engkong juga. Akhirnya gw lepas cita-cita jadi dokter dan mengalami kekosongan passion of cita-cita selama 2 tahun gw makan bangku SMP (gak heran badan gw jadi seksi begini, makanin bangku)
Menjelang lulus SMP, gw menemukan buku yang bagus di Gramed. Judulnya Sheila : Luka Hati Seorang Gadis Kecil. Penulisnya Torey Hayden. Ceritanya tuh si Sheila punya sedikit gangguan kejiwaan. Bukan gila, bukan autis juga. Lingkungan keluarganya yang membentuk wataknya jadi pemendam, egois, minim bicara, gak mau bersikap koperatif, dan sebagainya.
Suatu hari Sheila dikirim ke si Torey. Dia ini psikolog yang jadi pengajar di sekolah khusus gitu. Mulanya emang susah ngajarin Sheila karna sifat-sifatnya yang disebutkan diatas, tapi lama-lama dia mau luluh karna menemukan sosok ibu yang selama ini dia cari dalam diri Torey. Kasih sayang, kesabaran, pengertian, yang selama ini gak dia dapet dari ibu kandungnya
Setelah tamatin buku yang bikin gw jatuh cinta setengah mati itu, langsung gw merasakan kehampaan idup gw selama 2 tahun kebelakang itu terisi kembali. Pada akhirnya gw punya ambisi buat jadi psikolog. Dan itu berlangsung lumayan lama dan mendalam. Gw jadi sering beli novel-novel sejenis dan buku-buku psikologis. Mulai dari Eneagram sampe Personality Plus. Dan belajar mengenai kepribadian orang itu sangat sangat sangaaaat asik banget. Berulang kali tanpa sadar gw menganggukkan kepala waktu baca buku Personality Plus, karna emang bener banget tulisannya mengenai keterkaitan kepribadian dan watak satu dengan lainnya.
Pheeeww kayaknya postingan gw bakalan panjang. Ini baru setengah
Bahkan sampe SMA kelas 3 passion gw akan dunia psikologi ini belum luntur. Gw suka dengerin curhatan orang. Dan gw cukup dipercaya buat ngejaga rahasia mereka. Walopun kadang gak bisa ngasih solusi buat masalah mereka, minimal gw bisa nenangin mereka untuk gak terlalu larut dalem masalah. Tapi semua persepsi, hasrat, dan teori yang gw pelajarin secara otodidak ini terpatahkan karna kemunculan satu orang ini.
Well, guess who
Oke kalian gak bakal bisa nebak. Cerita tentang dia kayaknya udah gw tulis disini. Coba aja ubek-ubek sendiri.
I never expected meet this kind of person. Tiap saat gw mesti jadi kayak babysitternya, psikolog pribadinya, padahal gw bukan apa-apanya. Dan akhirnya gw angkat tangan soal masalah dia karna dari dianya sendiri gak mau ngerubah keadaan idupnya yang bisa dibilang porak poranda. Yaudahlah gw jadi ikutan frustasi, pikiran gw kacau, mana saat itu gw lagi UAN. Bayangin gw ngurusin soal-soal MAFIA aja udah berak berak, ditambahin lagi masalah kayak ginian. Untung gw lulus juga.
Kasus ini bikin gw mikir. Psikolog itu gak sebatas dengerin orang curhat dan ngasih solusi. Gak juga cuma sebatas ngasih perhatian lebih agar pasiennya luluh. Bukan juga berusaha ngerubah orang biar jadi apa yang kita mau. Psikolog harus siap jika masalah profesionalitas akhirnya menyangkut ke masalah pribadi, bahkan kejiwaan si psikolog itu sendiri. Padahal seharusnya hal itu gak boleh terjadi. Dan gw sungguh gak sanggup ngejalaninnya.
Gw pun memutuskan untuk beralih keinginan jadi wartawan. Kenapa? Awalnya alasan gw cuma satu. Gw suka jalan-jalan. Liat dong betapa asiknya reporter TV kerja outdoor ke tempat-tempat yang variatif dimana mereka harus nyari berita. Blom lagi yang ngeliput tentang wisata kuliner.
Semakin gw tua, semakin gw yakin sama bidang yang gw pilih. Apalagi setelah gabung di UKM kampus, gw mulai sedikit memahami dan bikin sedikit gambaran bagaimana dunia yang bakal gw temuin setelah gw lulus nanti. Gak hanya sekedar jalan-jalan.
Tapi sekarang gw ditengah kebimbangan. Di Komunikasi penjurusannya cuma ada 3, Public Relations, Journalistic, sama Advertising. Awalnya emang sih gw minat banget ke jurnal, tapi setelah kesini-sini gw makin galau. Gw takut bosen. Gw udah di Aspirasi, trus klo belajar di jurnal lagi gw takut trauma haha. Sementara tipikal senior-senior PR yang gw liat itu sangat bergaya dan rapi, sangat tidak seperti gw. Oke, people change. Tapi gw gak yakin bisa berubah jadi sejenis itu. Adver? Gw bukan orang yang kreatif. Bisa-bisa iklan yang gw bikin malah menghancurkan citra produk.
Oh gosshhh ini jam 12 siang knapa gw masih ngantuk! intermezzo..
Coba aja ada cabang lain di Ilmu Komunikasi. Apa kek, Penyuluhan Balita Sehat atau Ilmu Hipnotis. What else?
Iseng-iseng tadi ngereview isi tulisan gw yang dulu. Dan apa? Ternyata isinya gak ada yang berunsur kejeniusan atau something bombing atau asas manfaatnya buat orang-orang. HA. Gw isi apaan ya ini blog. Mau dibawa kemana arahnya? Blog ilmiah yang isinya penelitian kenapa ikan megap-megap kalo napas? Blog pujangga yang isinya puisi-puisi menye? Atau Blog anak pinter yang isinya rumus-rumus MTK dan Fisika? Eh sumpah telat banget ya mikirin kayak begini baru sekarang. Paling ujung-ujungnya curhatan lagi.
Dan udah bisa ditebak arah postingan gw kali ini wujudnya apaan.
Mungkin hampir sama kayak postingan gw sebelumnya, gw pengen merenung lagi tentang satu hal. Kali ini bukan tentang cintaikucing. It's all about the future. Mine.
Gw inget banget dari jaman TK sampe SD, setiap ditanya cita-cita gw pasti langsung nyaut "Jadi dokter." Kenapa? "Soalnya suka anak kecil." Padahal gw bisa aja jadi Babysitter kalo alesannya cuma karna suka anak kecil.
Setelah gw SMP, gw mulai mengamati ternyata pasien dokter itu gak cuma anak-anak, tapi juga dewasa bahkan manula. Bukan apa-apa, gw suka anak kecil karna bisa digemes-gemesin. Gak kebayang nantinya gw ngegemesin engkong-engkong juga. Akhirnya gw lepas cita-cita jadi dokter dan mengalami kekosongan passion of cita-cita selama 2 tahun gw makan bangku SMP (gak heran badan gw jadi seksi begini, makanin bangku)
Menjelang lulus SMP, gw menemukan buku yang bagus di Gramed. Judulnya Sheila : Luka Hati Seorang Gadis Kecil. Penulisnya Torey Hayden. Ceritanya tuh si Sheila punya sedikit gangguan kejiwaan. Bukan gila, bukan autis juga. Lingkungan keluarganya yang membentuk wataknya jadi pemendam, egois, minim bicara, gak mau bersikap koperatif, dan sebagainya.
Suatu hari Sheila dikirim ke si Torey. Dia ini psikolog yang jadi pengajar di sekolah khusus gitu. Mulanya emang susah ngajarin Sheila karna sifat-sifatnya yang disebutkan diatas, tapi lama-lama dia mau luluh karna menemukan sosok ibu yang selama ini dia cari dalam diri Torey. Kasih sayang, kesabaran, pengertian, yang selama ini gak dia dapet dari ibu kandungnya
Setelah tamatin buku yang bikin gw jatuh cinta setengah mati itu, langsung gw merasakan kehampaan idup gw selama 2 tahun kebelakang itu terisi kembali. Pada akhirnya gw punya ambisi buat jadi psikolog. Dan itu berlangsung lumayan lama dan mendalam. Gw jadi sering beli novel-novel sejenis dan buku-buku psikologis. Mulai dari Eneagram sampe Personality Plus. Dan belajar mengenai kepribadian orang itu sangat sangat sangaaaat asik banget. Berulang kali tanpa sadar gw menganggukkan kepala waktu baca buku Personality Plus, karna emang bener banget tulisannya mengenai keterkaitan kepribadian dan watak satu dengan lainnya.
Pheeeww kayaknya postingan gw bakalan panjang. Ini baru setengah
Bahkan sampe SMA kelas 3 passion gw akan dunia psikologi ini belum luntur. Gw suka dengerin curhatan orang. Dan gw cukup dipercaya buat ngejaga rahasia mereka. Walopun kadang gak bisa ngasih solusi buat masalah mereka, minimal gw bisa nenangin mereka untuk gak terlalu larut dalem masalah. Tapi semua persepsi, hasrat, dan teori yang gw pelajarin secara otodidak ini terpatahkan karna kemunculan satu orang ini.
Well, guess who
Oke kalian gak bakal bisa nebak. Cerita tentang dia kayaknya udah gw tulis disini. Coba aja ubek-ubek sendiri.
I never expected meet this kind of person. Tiap saat gw mesti jadi kayak babysitternya, psikolog pribadinya, padahal gw bukan apa-apanya. Dan akhirnya gw angkat tangan soal masalah dia karna dari dianya sendiri gak mau ngerubah keadaan idupnya yang bisa dibilang porak poranda. Yaudahlah gw jadi ikutan frustasi, pikiran gw kacau, mana saat itu gw lagi UAN. Bayangin gw ngurusin soal-soal MAFIA aja udah berak berak, ditambahin lagi masalah kayak ginian. Untung gw lulus juga.
Kasus ini bikin gw mikir. Psikolog itu gak sebatas dengerin orang curhat dan ngasih solusi. Gak juga cuma sebatas ngasih perhatian lebih agar pasiennya luluh. Bukan juga berusaha ngerubah orang biar jadi apa yang kita mau. Psikolog harus siap jika masalah profesionalitas akhirnya menyangkut ke masalah pribadi, bahkan kejiwaan si psikolog itu sendiri. Padahal seharusnya hal itu gak boleh terjadi. Dan gw sungguh gak sanggup ngejalaninnya.
Gw pun memutuskan untuk beralih keinginan jadi wartawan. Kenapa? Awalnya alasan gw cuma satu. Gw suka jalan-jalan. Liat dong betapa asiknya reporter TV kerja outdoor ke tempat-tempat yang variatif dimana mereka harus nyari berita. Blom lagi yang ngeliput tentang wisata kuliner.
Semakin gw tua, semakin gw yakin sama bidang yang gw pilih. Apalagi setelah gabung di UKM kampus, gw mulai sedikit memahami dan bikin sedikit gambaran bagaimana dunia yang bakal gw temuin setelah gw lulus nanti. Gak hanya sekedar jalan-jalan.
Tapi sekarang gw ditengah kebimbangan. Di Komunikasi penjurusannya cuma ada 3, Public Relations, Journalistic, sama Advertising. Awalnya emang sih gw minat banget ke jurnal, tapi setelah kesini-sini gw makin galau. Gw takut bosen. Gw udah di Aspirasi, trus klo belajar di jurnal lagi gw takut trauma haha. Sementara tipikal senior-senior PR yang gw liat itu sangat bergaya dan rapi, sangat tidak seperti gw. Oke, people change. Tapi gw gak yakin bisa berubah jadi sejenis itu. Adver? Gw bukan orang yang kreatif. Bisa-bisa iklan yang gw bikin malah menghancurkan citra produk.
Oh gosshhh ini jam 12 siang knapa gw masih ngantuk! intermezzo..
Coba aja ada cabang lain di Ilmu Komunikasi. Apa kek, Penyuluhan Balita Sehat atau Ilmu Hipnotis. What else?
Ada lagi yang lebih menyimpang dari semua cita-cita yang udah gw sebutin. Gw suka banget ngedesain baju dan pernah berpikir untuk jadi fashion designer suatu saat nanti. Kalo sekarang gw mikirnya, minimal gw jadi kritikus kolom mode dimajalah lifestyle. Sungguh ironis mengingat bagaimana cara gw berpakaian.
***PHizZZ, lUBpH, n smIlEZzZZ***
***PHizZZ, lUBpH, n smIlEZzZZ***
Follow Gw Woy
Mengenai Saya
Formspring.me
Facebook Badge
Klik ajah...
- *BBC* (BONLAP's Blogger Community)
- Admin JOB'z Blog
- Akhoo'z Blog
- Arin'z Blog
- Ayooy'z Blog
- Benazio Kribo'z Blog
- Demitamitamit'z Blog
- Estoy'z Blog
- FS guah
- Ketut'z Blog
- Kick Anggri'z Blog
- Mamaadh'z Blog
- Maria'z Blog
- Pak Aris'z Blog
- Pak Sapta'z Blog
- Raditya Dika'z Blog
- Rharha'z Blog
- Shintung'z Blog
- Sonia'z Blog
- Tamtam'z Blog
- Uthi-Meki'z Blog
- Wildan'z Blog